Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma
Sayid Ali Khamenei menyuarakan penyesalan atas situasi terbaru di Mesir,
dan menyebutnya ‘sangat menyakitkan'.
Rahbar menilai transformasi di Mesir berkaitan erat dengan fenomena Kebangkitan Islam yang tidak dikelola dengan baik.
"Kedalaman Kebangkitan Islam terjadi di berbagai negara. Tetapi
masalahnya telah terjadi salah urus dan [mereka] melakukan blunder. Hari
ini, situasi di negara besar Mesir menjadi sangat menyakitkan," ujar
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan mahasiswa Iran di Tehran pada
hari Ahad (29/7).
Ayatullah Khamenei memandang
Kebangkitan Islam di kawasan sebagai masalah yang sangat penting dan
tidak akan hancur oleh antitesis Barat.
Berbicara
tentang upaya musuh untuk menciptakan perselisihan dan permusuhan antara
Syiah dan Sunni, Ayatullah Khamenei mengatakan, Syiah di berbagai sudut
dunia ditindas, karena mereka berpikir bahwa masyarakat Syiah menjadi
basis alamiah bagi Republik Islam, tapi musuh tidak mengetahui bahwa di
banyak negara pengikut Sunni mati-matian membela sistem pemerintahan
Islam.
Penjelasan Rahbar di momen-momen sensitif
seperti sekarang ini di kawasan, menyinggung poin-poin kunci untuk
mengidentifikasi esensi manuver kekuatan-kekuatan arogan dalam
menciptakan konflik sektarian.
Pada masa sekarang,
para pemimpin negara Muslim perlu melipatgandakan perhatiannya terhadap
berbagai krisis, seperti konflik sektarian, pertikaian etnis, dan kisruh
politik. Saat ini, salah satu fenomena tragis yang mengancam gelombang
Kebangkitan Islam adalah perselisihan dan pertikaian berdarah yang
berbau mazhab, etnis, dan bangsa.
Sekarang, Libya,
Mesir, dan Tunisia, dan di belahan lain ada Suriah, telah dibakar dengan
kobaran api fitnah. Kondisi serupa juga terjadi di Pakistan, Irak, dan
Lebanon. Di Suriah, kelompok oposisi telah terpancing oleh Amerika
Serikat dan sekutunya agar menolak dialog kecuali Presiden Bashar
al-Assad mengundurkan diri, bahkan ketika mereka telah mampu memantapkan
menjadi lawan bagi negara.
Di Mesir, kunjungan
diplomat senior AS William Burns pekan lalu ke Kairo dan Kepala
Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, menunjukkan bahwa
Washington dan sekutu Baratnya mendukung kudeta militer terhadap
demokrasi yang mulai muncul di negara itu.
Meski
demikian, pengalaman membuktikan bahwa bangsa-bangsa Muslim mampu
menggagalkan mata rantai konspirasi politik oleh kekuatan-kekuatan
arogan dan mengembalikan stabilitas tanpa perlu campur tangan asing.
(IRIB Indonesia/RM/NA)
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar